Industri Otomotif Terancam Rontok, Ternyata Ini Penyebabnya
Industri Otomotif – Tengah berada di persimpangan jalan. Gelontoran investasi selaqma puluhan tahun terancam sering melemahnya pasar domestik dan ketidakadilan pasar. Bahkan saat ini, produk otomotif lokal dikenakan berbagai tarif pajak dan pungutan yang jumlanya cukup tinggi dibandingkan negara lain.
Baca juga: Land Rover Uji Coba Mobilnya, Baby Defender SUV kompak dengan DNA Tangguh
Beban pajak yang berat inilah yang menjadi salah satu faktor penurunan penjualan mobil dalam beberapa tahun terakhir. Dia menyebut pajak yang dikenakan pada mobil baru, seperti pajak penjualan atau barang mewah (PPnBM) dan Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) bisa mencapai hampir setengah dari harga jual mobil.
Terkait beban perpajakan struktur pajak berbeda dari Indonesia. Struktur pajak Thailand yang l;ebih ringan ini tidak hanya mendongkrak daya beli domestik, tetapi juga membuatnya menjadi basis produksi yang lebih menarik bagi investor global.
Proses Evaluasi
Untuk itu, dia menuturkan perlunya proses evaluasi menyeluruh dan mendalam untuk membuat aturan perpajakan yang lebih adil. Selain reformasi fisikal, tantangan jangka panjang justru datang dari gelombang baru industri, yaitu kendaraan listrik (EV), yang membawa persoalan rantai pasokannya sendiri.
“Padahal penyumbang pajak, terlebih untuk daerah itu memang dari produk lokal yang konvensional. Karena itu, untuk mobil listrik impor yang justru di bebaskan, bisa di tinjau ulang kebijakan tersebut apakah insentif di hapus atau produk lokal yang tarifnya di turunkan.”ungkapnya.
Disisi lain, industri otomotif masih di harapkan sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi yang di target hingga 8%. Untuk itu, ada sejumlah strategi yang di lakukan pemerintah untuk mendongkrak kinerja penjualan kendaraan roda empat.
Dorong Penjualan
Pasalnya, beberapa tahun lalu brand-brand kendaraan listrik (EV) juga mengsungkan pembebasan tarif BBN-KB ke kementrian Dalam Negeri (Kemendagri).
Dia mengaku strategi ini dilakukan untuk mendorong penjualoan kendaraan roda empat di tengah daya beli masyarakat yang turun. Apalagi, berdasarkan data yang di himpunnya, penjualan mobil periode Januari-Agustus 2025 harus mencapai 500.951 unit atau lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu sebanyak 560.552 unit.
Belajar dari Pandemi
Senada, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo) mengusulkan kepada pemerintah.
Agar memberikan insetif jangka pendek guna menggenjot penjualan otomotif yang masih lesu sepanjang 2025.
Sekretasris umum Gakindo kukuh kumara mengatakan, di tengah kondisi lemahnya daya beli masyarakat.
Dan ketidakpastian global, regulasi dan stimulus dari pemerintah sangat diperlukan untuk pemulihan industri otomotif.
